MICROSOFT

Penyerahan Sertifikat dari Microsoft pada kegiatan Skype-a-Thon live from Paris di SMKN 1 Gorontalo '4 APRIL 2019'

RUMAH BELAJAR PUSTEKKOM KEMDIKBUD

Implementasi Virtual Class di SMKN 1 Gorontalo - Agustus 2019

KKSI DIREKTORAT PSMK

Team Smart School SMKN 1 Gorontalo - November 2019

SELAMAT DATANG SAHABAT PEMBELAJAR

Sabtu, 28 November 2020

Pemanfaatan Tablet dalam Pembelajaran

 Diseminasi SEGUSESMAT
creator, rahma

Era digital makin tak terbendung. Pemanfaatan perangkat Teknologi informasi semakin berkembang, tak terkecuali dalam bidang pendidikan. Semakin banyak perangkat TIK yang dapat digunakan untuk menunjang proses perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi pembelajaran. 

Dalam pembelajaran di kelas, era digital sekarang ini makin mempermudah guru dalam pembelajaran di kelas. Tak jarang, ada guru yang berjalan dengan santai ke kelas hanya dengan menggenggam Tablet atau Smartphone yang tentu dilengkapi dengan perangkat LCD.

Mengajar dengan menggunakan media Tablet tentu akan lebih praktis dan menarik.     

Selain itu perangkat TIK yang mendukung, kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran berbasis TIK juga sangatlah penting. 

Untuk itu, IGI Provinsi Gorontalo bekerjasama dengan SAMSUNG dan JSDI mengadakan Diseminasi SEGUSEMAT (Semua Guru Semua Siswa Mahir Tablet) dengan tema WEBINAR PEMANFAATAN TABLET DALAM PEMBELAJARAN 

Rundown Kegiatan

Bersama Narasumber:

  1. Rahmawaty Polontalo (Koord Bidang Peningkatan Profesi Guru IGI Prov.Gtlo)
  2. Herlina Ohi (Sekretaris IGI Prov.Gorontalo)
  3. Ummi Kalsum Siregar (Bendahara IGI Prov.Gtlo)
  4. Feybi Octaviani Tanipu (Team Bidang Peningkatan Profesi Guru IGI Prov.Gtlo)
                                                  

LINK Registrasi:  http://bit.ly/pendaftaran-diseminasi-Segusesmat [Closed]

Materi Diseminasi:

  1. Rahmawaty Polontalo: Pemanfaatan Aplikasi  S Note dalam pembelajaran [klik disini]
  2. Herlina Ohi, M.Pd:  Asyik bersama mindomo  [klik disini]
  3. Ummi Kalsum Siregar:  Media pembelajaran berbasis Android  [klik disini]
  4. Feybi Octaviani Tanipu:  editing video menarik berbasis android  [klik disini]

Link Rekaman diseminasi, [klik disini]

Tutorial Pemanfaatan S Note


Peserta yang mengikuti Diseminasi hingga TUNTAS:


Silahkan Download Sertifikat Peserta:

  1. NURMALAH OFADIA, S.Pd [download]
  2. Ahmad Pane' Mata, S.Pd [download]
  3. AKHMAD SAIKU,SPd [download]
  4. Andi Marwanti, S.Pd [download]
  5. Andi Nurhaedah, S. Si [download]
  6. Anengah Pravitha Lhaksmi, S.Pd [download]
  7. BESSE WAHYUNIYANTI [download]
  8. CHOLILA ACHMAD JURI [download]
  9. DELIYARNI, S.Pd [download]
  10. Dra  Esti wahyuni, M.Pd [download]
  11. Dra.Rosnawaty Liputo [download]
  12. Drs.Adam Dehi [download]
  13. DWI ANIK WIDI ASTUTI, SE [download]
  14. Elis Marni,S.Pd [download]
  15. Emmy Mahmud [download]
  16. ERNI YANTI [download]
  17. ERVINA LADUYO, S.Pd [download]
  18. Fatrawaty Yunus, S. Pd [download]
  19. Fauziah Saleh,S.Pd [download]
  20. Fin Serlin Raimanu, S Pd [download
  21. Fitri Usman Baso [download]
  22. HAJAR ARIFIN,S.Pd [download]
  23. HASNI ANTY MACHDINI, S.Pd [download]
  24. HERMISA [download]
  25. Herni Abdullah S.Pd [download]
  26. Indriani Sabarno [download]
  27. ISAK. S.Pd [download]
  28. ISWATI [download]
  29. KATRINA ENDANG EKAWATI, S.Pd [download]
  30. Lely Sa'idah Al-Aslamiyah [download]
  31. Lusiana Saleh [download]
  32. MALINDA GANI [download]
  33. Marlina,M.Pd [download]
  34. CHOLILA ACHMAD JURI [-]
  35. Mayandri Pulubuhu, S.Pd [download]
  36. Misran Harun,  S.Pd [download]
  37. Natalia Tandi Ayu  [download]
  38. NON KRISTIA T. LUAWO, S.Pd  [download]
  39. Noraziza, S. Pd.  [download]
  40. NURAENI NURDIN, S.Pd  [download]
  41. NURHANA,S.Pd  [download]
  42. NURHENI,S.Pd.SD [download]
  43. Nurmawati Pante' Paelongan,S.Pd.SD [download]
  44. NURMIATI, S.Pd [download]
  45. NURNAINI, S.Pd [download]
  46. Nurzad S.Ag [download]
  47. Pujiati [download]
  48. Ramlah Abdulah, S.Pd [download]
  49. RIANTO [download]
  50. Rifki Ibrahim S.Pd [download]
  51. ROSMINA.S.Pd  [download]
  52. RUSLIN  MAMU, S.Pd [download]
  53. SALDING, S.Pd [download]
  54. SALMAWATY S. AL UBER S.pd [download]
  55. Sitti Amirah [download]
  56. Suhardi, S.Pd [download]
  57. SUKAENA, S. Pd [download]
  58. Sunarti, S.Pd.I [download]
  59. WAHYUNI KARINO, M.Pd [download]
  60. Walha Mahmud,  S. Pd [download]
  61. Yoris Linda [download]
  62. Yulistiawaty,S.Pd [download]
  63. Naomi Papa,S.Pd [download]
  64. NUR ILMA,S.Pd [download]
  65. TRI SAPIARTA, S.Pd.SD [download]
  66. Liwun Ishak  [download]
  67. Fatmawati M Pakaya [download]

Sertifikat Narsum:

68. Rahmawaty Polontalo
69. Herlina Ohi, M.Pd
70. Ummi Kalsum Siregar
71. Feybi Octaviani Tanipu


#never stop learning
#learning everyday
#share and growing together

Sabtu, 21 November 2020

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)


Mengapa Ujian Nasional diubah menjadi Asesmen Nasional

Jika Ujian Nasional selama ini diperuntukkan bagi seluruh siswa yang berada di tingkat akhir masa sekolah, seperti kelas 6, 9, dan 12,  hanya untuk  mengevaluasi capaian peserta didik secara individu, yang membuat UN selalu menjadi momok mengerikan bagi para peserta didik.

kini tidak lagi.  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bapak Nadiem Makarim, tidak lagi ingin pendidikan Indonesia seperti itu, bapak Nadiem ingin fokus pada peningkatan kualitas pembelajaran, pengajaran, juga layanan dan lingkungan pendidikan. Maka, kebijakan yang diambil adalah mengubah Ujian Nasional menjadi Asesmen Nasional. Itulah mengapa UN diubah menjadi AN


Soal AKM ini akan sangat berbeda dengan soal UN, sehingga siswa dan guru harus lebih menyiapkan diri. Berikut ini merupakan 5 bentuk soal AKM.
  1. Pilihan ganda: memilih satu jawaban benar dari tiap soal.
  2. Pilihan ganda kompleks: memilih lebih dari satu jawaban benar dalam satu soal.
  3. Menjodohkan: menjawab dengan menarik garis dari satu titik ke titik lainnya yang merupakan   pasangan pertanyaan dengan jawabannya.
  4. Isian singkat: menjawab berupa bilangan, kata untuk menyebutkan nama benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya.
  5. Uraian: menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan jawabannya.an-pembahasan.

Sebanyak 36 soal literasi membaca dan 36 soal numerasi akan diujikan dalam Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) SMA dan SMK. Soal tesnya sama untuk semua jurusan. AKM merupakan salah satu instrumen dalam Asesmen Nasional 2021, selain survey karakter dan survei lingkungan belajar. Tipe soal pada AKM sangat berbeda dengan soal Ujuan Nasional atau ujian sekolah umumnya.

Kunci AKM ada 2, yaitu:

a.   Kemampuan dasar yang diperlukan untuk menguasai berbagai mata pelajaran. Makanya, AKM sama untuk berbagai jurusan

b.    Pemahaman menyeluruh atau literasi sehingga bisa dimanfaatkan untuk menjawab berbagai permaslahan dalam kehidupan.


DESAIN PENGEMBANGAN SOAL AKM

Pengantar

     Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kemampuan minimum yang dilakukan kepada peserta didik. Kemampuan minimum yang dimaksud adalah kemampuan paling dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik pada jenjang tertentu. Kemampuan dasar tersebut dalam hal ini meliputi literasi membaca dan numerasi. Kemampuan ini sesuai dengan kecakapan abad ke-21 yang menuntut peserta didik untuk dapat mengikuti perkembangan zaman yang penuh dengan tantangan. Dengan menguasai kecakapan abad ke-21, peserta didik akan memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan dan memanfaatkan teknologi/media informasi, serta dapat bekerja dan bertahan dengan menggunakan kecakapan hidup (life skill).

I. PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

     Dalam rangka menyiapkan peserta didik yang memiliki kecakapan abad ke-21, pemerintah akan melakukan asesmen kemampuan minimum (AKM) pada tahun 2021 yang meliputi asesmen pada literasi membaca dan numerasi, yaitu asesmen pada kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi membaca) dan asesmen kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi). 
Literasi membaca bukan hanya sekadar kemampuan membaca secara harfiah tanpa mengetahui isi/makna dari bacaan tersebut, melainkan kemampuan memahami konsep bacaan. Sementara itu, numerasi bukan hanya sekadar kemampuan menghitung, melainkan kemampuan mengaplikasikan konsep hitungan di dalam suatu konteks, baik abstrak maupun nyata. 
     AKM dapat menghasilkan peta kecakapan tentang literasi membaca dan numerasi peserta didik pada kelas 5, 8, dan 11 yang dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran di satuan pendidikan. Oleh karena itu, soal-soal yang dikembangkan untuk AKM bersifat kontekstual, berbagai bentuk soal, mengukur kompetensi pemecahan masalah, dan merangsang peserta didik untuk berpikir kritis. 
Penilaian dalam AKM mengacu pada tolok ukur yang termuat dalam Programme for International Student Assessment (PISA) dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). Soal-soal AKM akan membuat peserta didik melahirkan daya analisis berdasarkan suatu informasi, bukan membuat peserta didik menghapal/mengingat- ingat materi.


B.    Tujuan 

       Desain pengembangan soal AKM adalah menyusun rancangan pengembangan soal AKM agar memberikan gambaran utuh mengenai kerangka, framework, dan pemanfaatan soal-soal AKM melalui survei nasional, survei kelas, maupun sertifikasi.

C. Ruang Lingkup

      Ruang lingkup pengembangan soal AKM meliputi Numerasi dan Literasi membaca peserta didik di kelas 2, 4, 5, 6, 8, 10, dan 11. Pengembangan soal dibagi  ke dalam 6 level, yaitu: level 1 (kelas 1—2), level 2 (kelas 3—4), level 3 (kelas 5—6), level 4 (kelas 7—8), level 5 (kelas 9—10), dan level 6 (kelas 11—12). Setiap kompetensi yang diukur dalam setiap level dituangkan ke dalam framework literasi dan numerasi. Framework menggambarkan learning progression. Pada literasi membaca terdapat kompetensi dan subkompetensi dengan peningkatan kompetensi sesuai dengan jenjang/level, sedangkan pada numerasi terdapat domain dan subdomain dengan disertai level kognitif yang perlu dikuasai peserta didik pada setiap level.

D. Bentuk Soal AKM

     Bentuk soal AKM bervariasi, yaitu pilihan ganda (PG), pilihan ganda kompleks, menjodohkan, isian, dan esai atau uraian.

  • Pilihan Ganda
Soal pilihan ganda terdiri atas pokok soal dengan beberapa pilihan jawaban. Peserta didik diminta menjawab soal dengan memilih satu jawaban benar dari beberapa pilihan jawaban yang disediakan. Jumlah pilihan jawaban untuk soal kelas 1 sampai dengan kelas 3 sebanyak 3 pilihan (A, B, C), kelas 4 sampai dengan kelas 9 sebanyak 4 pilihan (A, B, C, D), dan kelas 10 sampai dengan kelas 12 sebanyak 5 pilihan (A, B, C, D, E).

Penulisan soal pilihan ganda harus memenuhi kaidah penulisan soal PG, yaitu dari segi materi, konstruksi, dan bahasa. Dari segi materi, konsep harus benar, kunci hanya satu, dan pilihan jawaban harus homogen dan logis. Dari segi konstruksi, pokok soal dan pilihan jawaban harus jelas dan tidak menimbulkan pengertian ganda, informasi yang dituliskan hanya yang diperlukan, pilihan jawaban tidak menggunakan kalimat “semua jawaban di atas salah/benar”. Dari segi bahasa, soal harus memenuhi kaidah bahasa Indonesia.

  • Pilihan Ganda Kompleks
Soal pilihan ganda kompleks terdiri atas pokok soal dan beberapa pernyataan yang harus dipilih peserta didik dengan memberi tanda centang (✓) pada kotak yang disediakan di depan setiap pernyataan yang dianggap sesuai dengan permasalahan pada pokok soal, pada kolom Ya/Tidak, pada kolom Benar/Salah, atau pilihan lain yang sesuai.

Pemberian skor berdasarkan kompleksitas dari pernyataan dan jumlah pilihan jawaban. Apabila jumlah pernyataan 3-5 dan pilihan jawaban 2 (benar-salah, ya- tidak, berubah –tidak berubah, atau lainnya), penskoran 1 atau 0. Artinya, diberi skor 1 bila semua jawaban benar, diberi skor 0 bila ada jawaban salah. Apabila jumlah pernyataan lebih dari 5 dan pilihan jawaban lebih dari 2 (hewan-tumbuhan- mikroorganisme, pagi-siang-malam, kota-kabupaten-kecamatan-desa, hijau-merah- kuning-biru-oranye, atau lainnya), penskoran 2 1 0. Diberi skor 2 bila menjawab semua benar, diberi skor 1 bila salah 1 atau 2, diberi skor 0 bila salah lebih dari 2.

  • Menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan mengukur kemampuan peserta tes dalam mencocokkan, menyesuaikan, dan menghubungkan antardua pernyataan yang disediakan. Soal ini terdiri atas dua lajur. Lajur pertama (sebelah kiri) berupa pokok soal dan lajur kedua (sebelah kanan) berupa jawaban. Jumlah jawaban sebaiknya lebih banyak daripada jumlah pokok soal di sebelah kiri.

  • Isian atau jawaban singkat
Soal isian dan jawaban singkat adalah soal yang menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban secara singkat, berupa kata, frasa, angka, atau simbol. Perbedaannya adalah soal isian disusn dalam bentuk kalimat berita, sementara itu soal jawaban singkat disusun dalam bentuk pertanyaan.

  • Esai atau uraian
Soal uraian adalah soal yang jawabannya menuntut peserta didik untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis. Pada soal uraian disediakan pedoman penskoran yang merupakan acuan dalam pemberian skor. Jawaban peserta didik akan diskor berdasarkan kompleksitas jawaban.

Skor penuh atau skor tertinggi diberikan pada jawaban yang memenuhi semua kriteria/kunci jawaban benar. Skor sebagian diberikan pada jawaban yang kurang memenuhi kriteria/kunci jawaban benar. Jawaban salah diberi skor 0, sedangkan tidak menjawab atau kosong diberi kode 9.

Pemberian skor baik soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan, maupun isian singkat dilakukan secara objektif. Sementara itu, untuk soal uraian, penskoran dilakukan oleh penskor dengan mengacu pada pedoman penskoran. Pedoman penskoran dibuat oleh penulis soal ketika menulis soal. AKM diadministrasikan menggunakan komputer. Distribusi soal AKM berdasarkan bentuk soal disajikan dalam tabel berikut.

Distribusi soal AKM berdasarkan bentuk soal 


Contoh bentuk-bentuk soal AKM 

Tahun Struktur Angkatan Kerja berakhir pada 31 Maret 1995 (000)1

Catatan :
  1. Jumlah orang dinyatakan dalam ribuan (000s).
  2. Populasi usia kerja didefinisikan sebagai orang-orang yang berusia antara 15 sampai dengan 65 tahun.
  3. Orang-orang yang “Tidak dalam angkatan kerja” adalah mereka yang tidak secara aktif mencari kerja dan/atau tidak dapat bekerja
Gunakan informasi tentang tenaga kerja suatu negara tersebut untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.

Contoh soal Pilihan Ganda

TENAGA KERJA
Populasi usia-kerja dikelompokkan ke dalam dua grup utama yang mana?
A. Bekerja dan tidak bekerja.
B. Usia kerja dan bukan usia kerja.
C. Pekerja penuh-waktu dan pekerja paruh-waktu.
D. Di dalam angkatan kerja dan tidak dalam angkatan kerja.

Contoh soal isian

TENAGA KERJA
Berapa orang yang tergolong usia kerja yang tidak berada di dalam angkatan kerja? 
(Tuliskan jumlah orangnya, bukan persentasenya).
....................................................................

Contoh soal PG Kompleks

TENAGA KERJA
Pada bagian diagram pohon yang mana, jika ada, orang-orang di bawah ini akan dikelompokkan?
Tunjukkan jawabanmu dengan memberi tanda silang pada kotak dalam tabel. Yang pertama telah dikerjakan untuk kamu.




Contoh soal non-objektif/esai/uraian

TENAGA KERJA
Informasi mengenai struktur angkatan kerja telah disajikan dalam bentuk diagram pohon, tetapi dapat juga disajikan dengan cara lain, seperti deskripsi tertulis, diagram lingkaran, grafik, atau tabel.
Mengapa diagram pohon dipilih dalam menyampaikan informasi tersebut? Jelaskan jawabanmu!
..........................................................................................................
..........................................................................................................

II. PENGEMBANGAN SOAL AKM – LITERASI MEMBACA

A. Definisi 

     Literasi membaca adalah kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan bentuk-bentuk teks tertulis yang dibutuhkan oleh masyarakat dan/atau dihargai oleh individu. Pembaca dapat membangun makna dari teks dalam berbagai bentuk. Mereka membaca untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi serta untuk berpartisipasi dalam masyarakat sebagai warga negara Indonesia dan dunia.
     Kemampuan individu memahami teks dipengaruhi oleh kecakapan mereka dan kesanggupan mereka mengolah informasi. Kemampuan literasi membaca untuk perserta didik harus ditingkatkan. Dengan kemampuan literasi yang dimiliki, peserta didik dituntut mampu merefleksikan beragam informasi penting yang diperoleh untuk bekal berpartisipasi dalam lingkungan ilmu pengetahuan dan teknologi serta untuk pengembangan kapasitas diri. Selain itu, kemampuan literasi membaca juga diharapkan mampu membentuk karakter, menggali kemampuan berpikir kritis dan kreatif, dan mampu menumbuhkan partisipasi secara positif dalam komunikasi dan kerjasama.
    Pada era informasi saat ini, aktivitas literasi membaca membutuhkan tingkat berpikir yang lebih tinggi (higher order thinking). Perkembangan dunia ilmu pengetahuan membutuhkan kognisi tinggi karena persaingan sosial dan ekonomi yang semakin ketat. Selain itu, peserta didik saat ini berada dalam jalur informasi palsu (hoax) yang meluas dan mudah untuk diakses. Oleh karena itu, perlu kemampuan literasi membaca yang memadai agar mampu mengatasi berbagai persoalan sosial dan akademik yang dihadapinya.

B. Konten Teks

      Aspek penting dalam pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) pada literasi membaca adalah ketersediaan teks atau bacaan yang akan digunakan sebagai stimulus dalam penyusunan soal. Teks atau bacaan tersebut harus memenuhi kriteria tingkat keterbacaan yang baik dan berkualitas baik dari segi konten, bahasa, maupun penyajiannya. Jika dihubungkan dengan kecakapan hidup abad ke-21, teks atau bacaan yang digunakan dalam AKM harus mampu mengukur sekaligus menumbuhkan kecakapan berpikir kritis dalam pemecahan masalah, berkomunikasi, kreativitas dan inovasi, dan berkolaborasi.

Untuk kepentingan penyusunan soal AKM, konten teks dikelompokkan menjadi dua, yaitu teks sastra dan teks informasi. Melalui teks sastra peserta didik dapat memperoleh hiburan, menikmati cerita, dan melakukan perenungan untuk menghayati permasalahan kehidupan yang ditawarkan pengarang. Di sisi lain, melalui teks informasi peserta didik dapat memperoleh fakta, data, dan informasi untuk pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah.

1. Teks Sastra

     Teks sastra/fiksi naratif adalah karya imajinatif yang mengangkat persoalan-persoalan kehidupan manusia yang sudah dipadukan dengan imajinasi/subjektivitas pengarang untuk kepentingan hiburan. Sifat khas teks sastra ini adalah aspek referensinya, yakni imajinasi. Artinya, pernyataan yang terdapat di dalam teks sastra tidak dapat dianggap benar secara harfiah.
   Contoh teks sastra yang dapat digunakan sebagai stimulus bacaan dalam penyusunan soal AKM, antara lain cerita rakyat, legenda, fabel, mitos, fiksi ilmiah, satir, puisi, prosa, drama, novel, pantun, soneta, epos, cerita bergambar, cerita fantasi, ironi, lirik lagu, catatan perjalanan, dan biografi/autobiografi.

2. Teks Informasi

     Teks informasi atau teks nonfiksi adalah teks yang ditulis berdasarkan data-data faktual, peristiwa-peristiwa, dan sesuatu yang lain yang benar-benar ada dan terjadi dalam kehidupan. Data dan fakta dalam teks informasi dapat berupa data dan fakta kesejarahan, kemasyarakatan, dan keilmuan bidang-bidang tertentu yang dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris atau secara logika (Nurgiyantoro, 2015).
     Teks informasi adalah sekumpulan data atau fakta yang telah diproses dan dikelola sedemikian rupa sehingga menjadi sesuatu yang mudah dimengerti dan bermanfaat bagi penerimanya. Teks informasi bisa dilengkapi dengan gambar/foto, tabel, grafik, infografis, diagram, dan sebagainya.
      Contoh teks informasi yang dapat digunakan sebagai stimulus bacaan dalam penyusunan soal AKM, antara lain iklan, dokumen perusahaan/pemerintahan (nota dinas, undangan, kontrak, pemberitahuan, pengumuman, dan sebagainya), berita, artikel, laporan, pidato, buku pelajaran, pamflet, brosur, buletin, infografis, label (makanan/obat), resep (makanan/minuman), ulasan (resensi buku/film/drama), jurnal ilmiah, laporan penelitian ilmiah, buku panduan, dan editorial.

Distribusi soal AKM berdasarkan konten teks pada setiap jenjang 

C. Konteks Teks

     Konteks yang luas sangatlah berperan penting sehingga peserta didik dapat memahami, mengenali, dan menggunakan informasi untuk memperkaya pengetahuannya, baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat (sosial) yang selalu berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peserta didik diharapkan mampu merefleksi beragam informasi yang ada di kehidupannya. Dengan demikian, bacaan-bacaan yang digunakan dalam penyusunan soal AKM harus mampu mengembangkan potensi individual dan sosial peserta didik dan sekaligus bermanfaat dalam pemecahan permasalahan kehidupan dirinya, masyarakat, maupun global.
bahan bacaan literasi AKM dapat mencakup tiga konteks, yaitu (a) konteks personal, (b) konteks sosial- budaya, dan (c) konteks saintifik.
 
  • Konteks Personal
     Bahan teks atau bacaan dengan konteks personal adalah teks atau bacaan yang berisi peristiwa, latar, aksi, karakter, atmosfer/suasana, perasaan, ide maupun wawasan yang bersifat personal (individual). Isi bacaan pada konteks personal dapat berupa hobi, cita-cita, peristiwa atau pengalaman pribadinya, memilih/menentukan gaya hidup, pekerjaan/profesi, dan lain-lain yang bersifat personal (individual)
  • Konteks Sosial-Budaya
    Bacaan dengan konteks sosial-budaya yaitu bacaan yang mencerminkan pandangan masyarakat terkait kondisi sosial-budaya. Contohnya, mengenai informasi kondisi kultural suatu masyarakat atau suatu bangsa. Melalui teks-teks yang memuat informasi yang mencerminkan nilai-nilai sosial-budaya, individu diharapkan mampu mengenali dan memahami kondisi dan gejala-gejala sosial-budaya di dalam maupun di luar lingkungan masyarakatnya yang global. Isi bacaan pada konteks sosial- budaya dapat berupa transportasi publik, permainan tradisional, perekonomian, kebijakan publik, makanan khas, tarian, ataupun kebiasaan masyarakat, dan lain- lain yang meliputi sosial maupun budaya. 
  • Konteks Saintifik
     Bahan teks atau bacaan dengan konteks saintifik yaitu teks atau bacaan yang dapat meningkatkan kemampuan untuk memahami pengetahuan kecakapan ilmiah dengan mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta, memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta kemauan untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang terkait sains (OECD, 2016). Isi bacaan pada konteks saintifik ini dapat berupa ilmu ruang angkasa, ilmu medis/obat-obatan, kandungan gizi, ilmu fisika, cuaca/iklim, gejala alam, ilmu biologi, dan lain-lain yang terkait dengan ilmiah dan teknologi.

Distribusi soal literasi membaca AKM berdasarkan konteks 

 D. Level Kognitif Literasi Membaca

      Pada literasi membaca AKM, terdapat tiga level kognitif yang diujikan, yaitu (1) menemukan informasi (access and retrieve), (2) memahami (interpret and integrate), dan (3) mengevaluasi dan merefleksi (evaluate and reflect)

  • Menemukan informasi (Access and retrieve)

     Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang seseorang diminta untuk menemukan informasi. Pada level kognitif ini, kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta didik adalah menemukan, mengidentifikasi, dan mendeskripsikan suatu gagasan atau informasi eksplisit dalam teks. Retrieve mendeskripsikan proses memilih informasi yang diperlukan, sedangkan access lebih pada bagaimana proses mencapai ke tempat atau keberadaan informasi yang diperlukan tersebut. Kemampuan menemukan informasi yang spesifik tersebut merupakan kemampuan dasar ketika seseorang membaca sebuah teks sastra atau teks informasi dalam kehidupan sehari-hari. Informasi dapat ditemukan secara eksplisit dalam teks, pembaca hanya perlu menemukan lokasi informasi tersebut dan memilihnya.

  • Memahami (Interpret and integrate)

     Pada level kognitif ini, pembaca diharapkan dapat mengolah apa yang telah dibaca sehingga timbul sebuah pemahaman dalam dirinya dari teks (interpret and integrate). Untuk menuju tahap ini, pembaca harus dapat menguraikan dan mengintegrasikan informasi yang ditemukan dengan cara membandingkan dan mengontraskan ide atau informasi dalam atau antarteks, membuat kesimpulan, mengelompokkan, dan mengombinasikan ide dan informasi dalam teks atau antarteks. Membuat kesimpulan dalam tahap memahami ini bermakna lebih luas daripada tahap menemukan informasi. Pada tahap ini pembaca telah mampu menyimpulkan informasi implisit dalam atau antarteks.

  • Mengevaluasi dan merefleksi (Evaluate and reflect)

     Pada level kognitif ini, pembaca telah dapat menggunakan pengetahuan, ide, atau sikap yang berada di luar teks untuk membuat penilaian pada teks atau membuat refleksi terhadapnya. Tahap ini merupakan tahap tertinggi dari proses membaca. Dalam tahap ini peserta didik diminta mampu untuk menganalisis, memprediksi, dan menilai konten, bahasa, dan unsur-unsur dalam teks. Peserta didik juga diharapkan mampu merefleksi atau membuat sebuah gambaran atau opini terhadap apa yang dibaca dikaitkan dengan pengalaman diri dan kehidupan sekitarnya.

Distribusi soal literasi membaca AKM berdasarkan level kognitif  


E. Learning Progression (Kemajuan Pembelajaran)

     Learning progression (kemajuan pembelajaran) adalah urutan atau tahapan pembelajaran yang berkesinambungan (continuum). Kesinambungan tersebut mencakup aspek karakteristik, keluasan, dan kedalaman materi pembelajaran dalam setiap jenjang pendidikan. Ruang lingkup materi harus dirumuskan berdasarkan perkembangan peserta didik sehingga konsep keilmuan yang dipelajari berjalan sejajar dengan perkembangan peserta didik. Implementasi pembelajaran harus disejajarkan dengan kemampuan peserta didik dalam rangka penguasaan kompetensi yang berjenjang (Subali, 2009).
     Dalam konteks pelaksanaan AKM, learning progression berkaitan dengan kesinambungan antara jenjang yang satu dengan jenjang berikutnya. Kesinambungan itu mencakup aspek konten teks, level kognitif (kompetensi) yang diukur, dan indikator yang akan ditanyakan dalam soal AKM. Artinya, harus ada perbedaan isi dan konteks bacaan, level kognitif, dan indikator yang diukur, dimulai dari level terendah (level 1) menuju ke level tertinggi (level 6). Perbedaan itu tergambar dari kompleksitas teks (stimulus).
     Dalam literasi membaca tidak ada domain konten sehingga learning progression pada literasi membaca menggunakan level kognitif sebagai kompetensi yang diukur. Selanjutnya, kompetensi yang diukur dijabarkan menjadi beberapa subkompetensi. Subkompetensi kemudian dirinci menjadi rincian kompetensi yang merupakan kompetensi yang diharapkan akan dicapai peserta didik pada setiap jenjang (level). Secara garis besar, kompetensi dan subkompetensi yang diukur dalam AKM dan tertuang di dalam Learning Progression dapat dilihat pada tabel berikut.



     Di dalam learning progression terlihat rincian kompetensi yang diharapkan dicapai oleh peserta didik pada setiap level (jenjang), yaitu level 1 (kelas 1—2), level 2 (kelas 3—4), level 3 (kelas 5—6), level 4 (kelas 7—8), level 5 (kelas 9—10), dan level 6 (kelas 11—12). Kompleksitas teks untuk masing-masing level dijelaskan di kolom paling bawah. Kadang- kadang, terdapat rincian kompetensi yang sama untuk semua atau beberapa level, berarti perbedaannya terdapat pada kompleksitas teks, baik teks sastra maupun teks informasi.
Learning progression yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan soal literasi membaca dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.

Level 1 (Kelas 1 dan 2)
Level 2 (kelas 3 dan 4)
Level 3 (Kelas 5 dan 6)
Level 4 (Kelas 7 dan 8)
Level 5 (kelas 9 dan 10)
Level 6 (Kelas 11 dan 12)


F. Contoh-contoh Soal Literasi Membaca  [Level 6]

DEMOKRASI DI ATHENA

BAGIAN A

Thucydides adalah seorang sejarawan dan anggota militer yang hidup pada abad ke lima SM di masa Yunani Kuno. Dia lahir di Athena. Selama Perang Peloponnesia (431 SM to 404 SM) antara Athena dan Sparta, dia mengepalai sebuah armada yang mempunyai misi untuk melindungi kota Amphipolis di Thrace. Dia gagal untuk mencapai kota itu pada waktunya. Kota itu jatuh ke tangan Brasidas, jenderal Spartan, yang memaksa Thucydides ke pengasingan selama dua puluh tahun. Hal ini memberi dia kesempatan untuk mengumpulkan informasi yang rinci dari kedua pihak yang berperang dan kemungkinan untuk melakukan penelitian untuk karyanya Sejarah Perang Peloponnesia.
Thucydides dianggap sebagai salah seorang sejarawan besar zaman dulu. Dia memfokuskan perhatiannya lebih kepada sebab-sebab alami dan tingkah laku individu daripada kepada nasib atau kehendak Tuhan untuk menjelaskan perubahan Sejarah. Di dalam karyanya, fakta-fakta tidak disajikan hanya sebatas catatan, tetapi dijelaskan sebagai upaya untuk menemukan alasan yang menyebabkan seorang pelaku sejarah bertindak sebagaimana yang mereka lakukan. Penekanan Thucydides pada perilaku individual kadang-kadang menyebabkan dia memperkenalkan berbagai pidato khayalan: semuanya ini membantu dia menjelaskan motivasi para pelaku sejarah.

BAGIAN B

Thucydides mempersembahkan pidato berikut kepada Pericles (abad kelima SM), seorang penguasa Athena, sebagai penghormatan kepada para prajurit yang gugur pada tahun pertama Perang Peloponnesia.
Sistem pemerintahan kami tidak mencontoh hukum negara-negara tetangga; kami sebenarnya justru menjadi contoh bagi yang lain, bukan sebagai peniru. Sistem kami disebut demokrasi, karena administrasinya bergantung pada orang banyak, bukan pada segelintir orang. Hukum kami menjamin persamaan hak untuk semua dalam segala urusan, sementara prestise di dalam kehidupan publik bergantung pada nilai, bukan pada kelas sosial.
Kelas sosial juga tidak melarang seseorang untuk memegang jabatan publik (…). Dan, pada waktu yang bersamaan, kami tidak ikut campur dalam persoalan pribadi, kami tidak melanggar hukum yang berkaitan dengan kepentingan publik. Kami mematuhi siapa pun yang kami pilih sebagai penguasa, dan kami mematuhi hukum itu sendiri, terutama hukum yang memberikan perlindungan kepada kaum tertindas, dan berbagai hukum yang tidak tertulis yang membuat malu untuk dilanggar.
Lebih jauh, kami memberikan banyak sarana untuk kesenangan pikiran. Segala macam permainan dan pengorbanan yang kami rayakan sepanjang tahun, dan kenyamanan tempat kami tinggal, membentuk kesenangan yang kami nikmati sehari-sehari yang dapat membantu menghilangkan segala bentuk kekhawatiran; sementara banyak penduduk kota mendatangkan barang-barang produksi dunia ke Athena, sehingga bagi orang-orang Athena, buah-buahan dari negara lain sudah sangat dikenal dengan baik seperti mengenal buah-buah dari negerinya sendiri.
Thucydides, History of the Peloponnesian War (suatu kutipan)

Gunakan “Demokrasi di Athena” pada halaman di atas untuk menjawab pertanyaan berikut.


Pertanyaan 1. DEMOKRASI DI ATHENA

Kenapa Thucydides dipaksa ke pengasingan?
A. Dia tidak berhasil mencapai kemenangan untuk orang Athena di Amphipolis.
B. Dia mengambil alih armada di Amphipolis.
C. Dia mengumpulkan informasi dari dua pihak yang berperang.
D. Dia meninggalkan orang Athena untuk berperang di pihak Spartans.

PENSKORAN DEMOKRASI DI ATHENA 1
Nilai Penuh
Kode 1: A. Dia tidak berhasil mencapai kemenangan untuk orang Athena di Amphipolis.
Tidak Ada Nilai
Kode 0: Jawaban lain.
Kode 9: Tidak Ada Jawaban.


Pertanyaan 2. DEMOKRASI DI ATHENA

Seandainya pidato Pericles itu adalah peristiwa bersejarah, kira-kira tahun berapa pidato itu terjadi?
A. 404 SM.
B. 430 SM.
C. 500 SM.
D. 5 SM.

PENSKORAN DEMOKRASI DI ATHENA 2
Nilai Penuh
Kode 1: B. 430 SM
Tidak Ada Nilai
Kode 0: Jawaban lain.
Kode 9: Tidak ada jawaban/Kosong.


Pertanyaan 3. DEMOKRASI DI ATHENA

Satu tujuan pidato di Bagian B adalah untuk menghormati para prajurit yang gugur pada tahun pertama Perang Peloponnesia.
Apa tujuan LAIN dari pidato ini?

............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................


PENSKORAN DEMOKRASI DI ATHENA 3
Nilai Penuh
Kode 2: Memberikan jawaban yang masuk akal dan sejalan dengan isi bacaan. Jawaban boleh merujuk pada satu atau lebih maksud pidato, termasuk: membujuk prajurit agar melanjutkan pertempuran; menghibur keluarga yang tewas; menumbuhkan kebanggaan pada warga Athena; atau menekankan kehebatan orang Athena dibandingkan orang Sparta atau kota-kota lain.
  • Untuk membuat orang-orang bangga akan Athena.
  • Untuk mempromosikan demokrasi.
  • Untuk menjelaskan keuntungan demokrasi Athena
  • Membuat orang berpikir bahwa Athena tetap ok, walaupun kenyataannya sekarang memiliki                  masalah.
  • Untuk menanamkan cara berpikir positif dan berperilaku positif.
  • Untuk membangkitkan semangat rakyat.
  • Untuk mendorong rasa patriotisme.
  • Untuk memenangkan pemilihan berikutnya.
  • Untuk menjadi tambah terkenal.
  • Untuk membuat rakyatnya agresif terhadap orang-orang Spartan. 
      Merujuk pada tujuan Thucydides untuk memahami motivasi dan cara berpikir Pericles.
  • Untuk menjelaskan motivasi/psikologi Pericles.
  • Untuk menjelaskan kenapa dia melakukan apa yang dilakukan.

Nilai Sebagian
Kode 1: Jawaban merujuk hanya pada penjelasan bagaimana demokrasi berhasil.
  • Mengenalkan demokrasi.
  • Menjelaskan demokrasi kepada rakyat.
Tidak Ada Nilai
Kode 0: Memberikan jawaban yang tidak cukup atau tidak jelas.
  • Untuk menghotmati prajurit yang gugur [mengulangi isi pertanyaan.] Memperlihatkan pemahaman yang tidak tepat dari isi bacaan atau jawaban yang tidak masuk akal atau tidak relevan.
  • Athena merupakan bahan pidato. [tujuan tidak disebutkan]
  • Untuk membuat orang tertawa [tidak tepat]
Kode 9: Tidak ada jawaban.


Pertanyaan 4. DEMOKRASI DI ATHENA

Siapa yang menulis pidato pada Bagian B? Gunakan isi bacaan untuk mendukung jawabanmu.
............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................


PENSKORAN DEMOKRASI DI ATHENA 4
Nilai Penuh
Kode 2: Mengidentifikasi Thucydides (secara tersurat atau tersirat) sebagai penulis pidato DAN merujuk pada Thucydides yang mempersembahkan pidato itu untuk Pericles. Boleh menggunakan kata-kata sendiri atau mengutip langsung.
  • Thucydides. Tertulis “Thucydides mempersembahkan untuk Pericles”.
  • Thucydides. “Dia kadang-kadang memperkenalkan berbagai pidato khayalan: semuanya ini membantu dia menjelaskan motivasi para pelaku sejarah.”
  • Menceritakan bahwa Thucydides mengarang berbagai pidato untuk orang yang dia tulis di dalam tulisannya.
Nilai Sebagian
Kode 1: Mengidentifikasi Thucydides sebagai penulis pidato tanpa penjelasan.
  • Thucydides.
  • Seorang sejarawan dan anggota militer. [secara tersirat merujuk pada Thucydides]
Tidak Ada Nilai
Kode 0: Memberikan jawaban yang tidak cukup atau tidak jelas.
  • Orang lain. [tidak jelas]
  • Memperlihatkan pemahaman yang tidak tepat dari isi bacaan atau memberikan jawaban yang tidak masuk akal atau ridak relevan.
  • Pericles.
  • Dia menulis pada waktu Perang Peloponnesia. Kode 9: Tidak ada jawaban.

Pertanyaan 5. DEMOKRASI DI ATHENA

Menurut isi bacaan, apa yang membuat Thucydides berbeda dengan para sejarawan lainnya pada zaman itu?
A. Dia menulis tentang orang kebanyakan, tidak tentang para pahlawan.
B. Dia menggunakan catatan-catatan kecil, bukan hanya berbagai fakta.
C. Dia menjelaskan kejadian-kejadian bersejarah dengan merujuk pada penyebab yang bersifat gaib.
D. Dia memfokuskan pada apa yang menyebabkan orang bertindak dengan cara yang dia lakukan.

PENSKORAN DEMOKRASI DI ATHENA 5
Nilai Penuh
Kode 1: D. Dia memfokuskan pada apa yang menyebabkan orang bertindak dengan cara yang dia lakukan.
Tidak Ada Nilai
Kode 0: Jawaban lain.
Kode 9: Tidak ada jawaban.


  Pertanyaan 6. DEMOKRASI DI ATHENA

Perhatikan bagian bacaan berikut yang diambil dari akhir Bagian B:
“Lebih jauh, kami memberikan banyak sarana untuk kesenangan pikiran. Segala macam permainan dan pengorbanan yang kami rayakan sepanjang tahun, dan kenyamanan tempat kami tinggal, membentuk kesenangan yang kami nikmati sehari-sehari yang dapat membantu menghilangkan segala bentuk kekhawatiran.”
Dari kalimat di bawah ini, kalimat mana yang paling tepat menyimpulkan bagian bacaan di atas?
A. Sistem pemerintahan di Athena membolehkan setiap orang membuat undang- undang.
B. Hiburan dan keindahan adalah bagian dari hidup senang yang dapat dinikmati di Athena.
C. Orang-orang Athena hidup terlalu mewah dan hidup santai.
D. Kehidupan publik dan pribadi dilihat sebagai hal yang sama.
 

PENSKORAN DEMOKRASI DI ATHENA 6
Nilai Penuh
Kode 1: B. Hiburan dan kecantikan adalah bagian dari hidup enak yang dapat dinikmati di Athena.
Tidak Ada Nilai
Kode 0:  Jawaban lain. 
Kode 9: Tidak ada jawaban.
 

III. PENGEMBANGAN SOAL AKM – NUMERASI

A. Definisi Numerasi

      Numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia. Numerasi dimaknai sebagai kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam menggunakan pengetahuan matematika yang dimilikinya dalam menjelaskan kejadian, memecahkan masalah, atau mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat membantu peserta didik mengenali peran matematika dalam kehidupan nyata sehingga dapat membuat penilaian dan keputusan yang diperlukan serta menjadi manusia bertanggung jawab yang mampu bernalar/berpikir logis.

B. Konteks AKM Numerasi

     Konteks yang luas sangat penting digunakan pada AKM Numerasi sehingga peserta didik dapat mengenali peran matematika dalam kehidupan sehari-hari. Pemilihan strategi dan penggunaan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menjelaskan kejadian, menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan sangat bergantung pada konteks di mana kejadian atau masalah tersebut timbul. Konteks dalam AKM Numerasi mencakup konteks yang dekat dengan dunia peserta didik, sosial, budaya, lingkungan, sains, maupun keilmuan matematika. Konteks-konteks tersebut dikategorikan menjadi tiga, yaitu personal, sosial-budaya, dan saintifik.

1. Personal

     Konteks ini berfokus pada aktivitas seseorang, keluarganya, atau kelompoknya. Jenis-jenis konteks yang dapat dianggap pribadi ini antara lain dapat meliputi hal- hal yang berkaitan dengan persiapan makanan, belanja, permainan, kesehatan pribadi, transportasi pribadi, olahraga, perjalanan, penjadwalan pribadi, dan keuangan pribadi (Definisi Konteks Personal, 2018, PISA Framework). Dengan adanya konteks ini diharapkan peserta didik dapat mengenali peran matematika dalam kehidupan pribadi mereka. Misalnya menghitung persentase pendapatan pribadi dalam setahun yang terbuang karena tidak menghabiskan makanan.

2. Sosial-Budaya

     Masalah yang diklasifikasikan dalam konteks ini adalah masalah komunitas atau masyarakat (baik itu lokal/daerah, nasional, maupun global). Konteks ini antara lain dapat meliputi sistem pemungutan suara, transportasi publik, pemerintahan, kebijakan publik, demografi, periklanan, statistik, dan ekonomi nasional. Meskipun individu tidak terlibat secara pribadi dalam hal-hal yang telah disebutkan, namun kategori konteks ini memfokuskan masalah pada perspektif/pandangan masyarakat (Definisi KonteksSosial, 2018, PISA Framework). 

 3. Saintifik

Masalah yang diklasifikasikan dalam konteks ini berkaitan dengan aplikasi matematika di alam semesta dan isu serta topik yang berkaitan dengan sains dan teknologi. Konteks ini dapat meliputi antara lain cuaca atau iklim, ekologi, ilmu medis (obat-obatan), ilmu ruang angkasa, genetika, pengukuran, dan keilmuan matematika itu sendiri. Konteks yang terkait dengan keilmuan matematika disebut konteks intra-matematika, sedangkan yang terkait dengan keilmuan lainnya disebut ekstra-matematika. Misalnya menghitung volume bangun ruang termasuk intra- matematika, sedangkan menghitung waktu paruh zat radioaktif termasuk ekstra- matematika.

C. Level Kognitif AKM Numerasi

     Asesmen Kompetensi Minimum mengharuskan peserta didik menggunakan berbagai keterampilan kognitif dalam menjawab soal-soal. Level kognitif numerasi Asesmen Kompetensi Minimum dibagi menjadi tiga level.

1. Knowing

Soal dalam level kognitif ini menilai kemampuan pengetahuan peserta didik tentang fakta, proses, konsep, dan prosedur. Kata kunci yang biasa digunakan pada level ini antara lain mengingat, mengidentifikasi, mengklasifikasikan, menghitung, mengambil/memperoleh, dan mengukur.

2. Applying (Penerapan)

Soal pada level kognitif ini menilai kemampuan matematika dalam menerapkan pengetahuan dan pemahaman tentang fakta-fakta, relasi, proses, konsep, prosedur, dan metode pada konteks situasi nyata untuk menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan. Kata kunci yang biasa digunakan pada level ini antara lain memilih/menentukan, menyatakan/membuat model, dan menerapkan/melaksanakan.

3. Reasoning (Penalaran)

Soal dalam level kognitif ini menilai kemampuan penalaran peserta didik dalam menganalisis data dan informasi, membuat kesimpulan, dan memperluas pemahaman mereka dalam situasi baru, meliputi situasi yang tidak diketahui sebelumnya atau konteks yang lebih kompleks. Pertanyaan dapat mencakup lebih dari satu pendekatan atau strategi. Kata kunci yang biasa digunakan pada level ini antara lain menganalisis, memadukan (mensintesis), mengevaluasi, menyimpulkan, dan membuat justifikasi.

D. Konten Domain AKM Numerasi

Domain konten pada numerasi dibagi menjadi 4, yaitu Bilangan, Geometri dan Pengukuran, Aljabar, serta Data dan Ketidakpastian.

1. Bilangan

Domain bilangan terdapat pada kelas 2 hingga kelas 6. Domain ini terdiri atas subdomain Representasi, Sifat Urutan, dan Operasi. Pada kelas dasar domain ini menilai pemahaman peserta didik dalam representasi bilangan cacah dan pecahan. Dalam hal itu termasuk memahami posisi bilangan cacah dan pecahan dalam garis bilangan. Pada kelas dasar, dinilai pula pemahaman mengenai sifat urutan di antaranya membandingkan pecahan dan bilangan cacah serta operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan cacah, termasuk menghitung kuadrat dari suatu bilangan (maksimal tiga angka).
     Pada kelas 6, materi akan ditingkatkan pada menilai pemahaman bilangan bulat (khususnya bilangan negatif), juga bilangan desimal dan persen. Selain itu, posisi bilangan desimal dua angka pada garis bilangan juga masuk dalam domain ini.
     Pada level ini soal juga menilai peserta didik dalam mengurutkan beberapa bilangan yang dinyatakan dalam bentuk yang berbeda-beda serta menghitung hasil operasi dari bilangan pecahaan atau desimal, termasuk menghitung kuadrat/pangkat dua dan kubik/pangkat tiga dari suatu bilangan desimal dengan satu angka di belakang koma.

2. Geometri dan Pengukuran

Domain geometri dan pengukuran terdiri atas subdomain bangun geometri dan pengukuran. Domain ini menyebar ke semua kelas dari kelas 2 hingga kelas 10, dan menilai kompetensi peserta didik dari mulai mengenal bangun datar hingga menggunakan volume dan luas permukaan dalam kehidupan sehari-hari. Juga menilai pemahaman peserta didik tentang pengukuran panjang, berat, waktu, volume dan debit, serta satuan luas menggunakan satuan baku.

3. Aljabar

      Domain aljabar terdiri atas subdomain persamaan dan pertaksamaan, relasi dan fungsi (termasuk pola bilangan), serta rasio dan proporsi. Untuk subdomain persamaan dan pertidaksamaan, serta relasi dan fungsi dinilai dari kelas dasar hingga kelas tinggi, sedangkan rasio dan proporsi hanya pada kelas menengah (kelas 6 dan kelas 8).
     Pemahaman yang dinilai pada peserta didik kelas dasar mengenai persamaan adalah menyelesaikan persamaan sederhana yang disesuaikan dengan tingkat berpikir peserta didik kelas dasar. Proses penilaian pemahaman meningkat seiring dengan meningkatnya kelas sampai akhirnya pada kelas 10 akan dinilai pemahaman dan penggunaan sistem persamaan dan pertaksamaan kuadrat serta sistem persamaan linear dua hingga tiga variabel.
 
      Pada materi pola, peserta didik kelas dasar akan dinilai mengenai pengenalan pola gambar dan objek, serta pola bilangan yang disesuaikan dengan kemampuan peserta didik kelas dasar. Kemudian proses penilaian meningkat hingga mencakup kemampuan peserta didik untuk menyelesaikan masalah dengan konsep fungsi. Subdomain rasio dan proporsi dinilai melalui pemahaman konsep dalam permasalahan sehari-hari termasuk aritmetika sosial.

4. Data dan Ketidakpastian

     Banyak data yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk dari penyajian data-data itu sangatlah beragam. Penyajian informasi untuk menginterpretasikan data pun jumlahnya banyak. Dari mulai data mengenai teknologi, data perdagangan, data banyaknya konsumen makanan, data penggunaan media sosial setiap hari, bahkan daftar nilai dalam rapor pun merupakan data. Hal ini membuat pemahaman cara memperoleh informasi dari sebuah data mutlak diperlukan. Selain itu, pemahaman cara penyajian dan pengolahan data secara sederhana juga akan sangat berguna. Dalam kehidupan sehari-hari, ketidakpastian juga dapat ditemui di mana saja. Misalnya, ketidakpastian hari ini hujan atau tidak. Banyak bidang yang menggunakan ilmu ketidakpastian, contohnya ramalan cuaca, model ekonomi, prediksi ilmiah, dan lain-lain.
     Data dan ketidakpastian sangat diperlukan bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk peserta didik kelas dasar, pemahaman mendapat informasi dan penyajian data sederhana diperlukan untuk mereka mendapatkan informasi dari berbagai sumber. Pemahaman tentang penyajian data paling sederhana, yaitu penggunaan turus dan diagram gambar pada kelas 4 akan meningkat menjadi penyajian data dalam tabel, diagram batang, dan diagram lingkaran pada kelas 6. Selain itu, pengenalan terhadap ketidakpastian suatu kejadian juga dianggap perlu. Pada kelas yang lebi tinggi, diharapkan peserta didik dapat menggunakan ukuran pemusatan (kelas 8) dan penyebaran (kelas 10), seperti rata-rata dan variansi suatu data. Pada tingkat ini, pemahaman terhadap peluang secara formal diperlukan. AKM Numerasi akan menilai domain data dan ketidakpastian ini, khususnya berfokus pada pemahaman cara memperoleh informasi dan penyajian data dan pemahaman mengenai ketidakpastian suatu kejadian.
     Survei AKM akan diberikan ketika peserta didik kelas 5, kelas 8, dan kelas 11. Cakupan kompetensi minimum yang diharapkan untuk setiap domain pada setiap jenjang kelas tercantum dalam tabel berikut.



E. Learning Progression (Kemajuan Pembelajaran)

     Learning progression (kemajuan pembelajaran) adalah urutan atau tahapan pembelajaran yang berkesinambungan (continuum). Kesinambungan tersebut mencakup aspek karakteristik, keluasan, dan kedalaman materi pembelajaran dalam setiap jenjang pendidikan. Ruang lingkup materi harus dirumuskan berdasarkan perkembangan peserta didik sehingga konsep keilmuan yang dipelajari berjalan sejajar dengan perkembangan peserta didik. Implementasi pembelajaran harus disejajarkan dengan kemampuan peserta didik dalam rangka penguasaan kompetensi yang berjenjang (Subali, 2009).

    Dalam konteks pelaksanaan AKM, learning progression berkaitan dengan kesinambungan antara jenjang yang satu dengan jenjang berikutnya. Kesinambungan itu mencakup aspek konten materi, level kognitif (kompetensi) yang diukur, dan indikator yang akan ditanyakan dalam soal AKM. Artinya, harus terlihat perkembangan kompetensi antarkelas dalam domain yang sama, level kognitif, dan indikator yang diukur, dimulai dari kelas terendah (kelas 1) menuju ke level tertinggi (kelas 10). Perbedaan itu tergambar dari kompleksitas materi.

     Di dalam learning progression terlihat kompetensi yang diharapkan dicapai oleh peserta didik pada setiap kelas, yaitu kelas 2, kelas 4, kelas 6, kelas 8, dan kelas 10. Kompetensi yang diharapkan semakin meningkat antarkelas sesuai dengan perkembangan peserta didik. Misalnya pada sub domain Representasi di kelas 2: memahami bilangan cacah (maksimal tiga angka), kemudian di kelas 4 kompetensi yang diharapkan dikuasai peserta didik meningkat menjadi memahami bilangan cacah (maksimal enam angka). Demikian juga dengan kelas 6, meningkat lagi menjadi memahami bilangan bulat, khususnya bilangan bulat negatif. 

F. Contoh-contoh Soal Numerasi

1. Domain bilangan , contoh:







 















































2. Domain aljabar, Contoh:













Pat memiliki kepingan berbentuk persegi yang berwarna merah dan hitam. Pat menggunakan kepingan-kepingan tersebut untuk membentuk bentuk persegi yang lebih besar.






















Pat melanjutkan untuk membentuk persegi ukuran 4 x 4, 5 x 5, 6 x 6, dan seterusnya menggunakan kepingan-kepingan tersebut dengan pola yang sama seperti pola pada kedua persegi di atas.
 
Pertanyaan 1
Pat berhasil membentuk persegi dengan total kepingan hitam dan merah yang digunakan sebanyak 64 keping. Berapa banyak kepingan hitam dan kepingan merah?

………. kepingan hitam
………. Kepingan merah

Pertanyaan 2
Persegi yang berhasil dibentuk oleh Pat memiliki 49 kepingan hitam. Berapa banyak kepingan merah yang digunakan Pat untuk membentuk persegi tersebut?

…….. kepingan merah (sumber:TIMSS release items)

3. Domain geometri dan pengukuran,  Contoh:



















BIANGLALA

Sebuah bianglala raksas ada di tepi sungai. Lihat gambar dan diagram berikut!


Bianglala itu mempunyai diameter luar 140 meter dan titik tertingginya adalah 150 meter dari dasar sungai. Bianglala itu berputar sesuai dengan arah panah yang ditunjukkan pada gambar.

Pertanyaan:
Bianglala berputar dengan kecepatan konstan. Satu putaran penuh bianglala tersebut membutuhkan waktu 40 menit.
John mulai menaiki bianglala dari titik naik yaitu P. Di manakah John akan berada 30 menit kemudian?

A. Pada titik R
B. Di antara R dan S
C. Pada titik S
D. Di antara titik S dan P

(sumber:PISA release items)


4. Domain data dan ketidakpastian, Contoh 1:



















EKSPOR
Grafik di bawah ini memberikan informasi tentang ekspor dari Zedland, sebuah negeri yang menggunakan satuan mata uang zed.





















Pertanyaan1
Berapakah nilai ekspor total dari Zedland (dalamjuta zed) di tahun 1998? Jawaban:……………………..

Pertanyaan2
Berapakah harga jus buah yang diekspor dari Zedland di tahun 2000?
A. 1,8 juta zed.
B. 2,3 juta zed.
C. 3,4 juta zed.
D. 3,8 juta zed. (sumber: PISA release items) 


Contoh 2: